BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kerajaan Mughal
merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini
telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India
yang nyaris tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu wilayah tempat
tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka
kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
Di kalangan
masyarakat Arab, India dikenali sebagai Sind atau Hind. Sebelum kedatangan
Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada
saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan.
Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang
sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang
dipengaruhi Islam. Oleh sebab itu menjadi penting untuk menulis secara ringkas
eksistensi Kerajaan Mughal di India yang identik dengan Hindu.
Makalah
ini selain menggambarkan secara ringkas bagian-bagian penting (highlights)
tentang asal-usul, tumbuh, berkembang serta mundurnya peradaban yang dibina
Kerajaan Mughal, juga mengulas faktor-faktor yang mendorong timbul hingga
tenggelamnya kerajaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil pelajaran,
bagaimana membalikkan (reverse) gelombang peradaban di anak benua India
tersebut. Mengenai hal ini Ibnu Khaldun berkata, "reversi tersebut tidak
akan dapat tergambarkan tanpa menggambarkan pelajaran-pelajaran dari sejarah
terlebih dahulu untuk menentukan faktor-faktor yang membawa sebuah peradaban
besar melemah dan menurun drastis.
Penulisan
makalah ini diharapkan memudahkan penulis untuk memahami seluk-beluk Kerajaan
Mughal. Oleh sebab itu dalam penulisan makalah ini, penulis akan membatasi pada
pembahasan asal usul, kemajuan, kemunduran dan keruntuhannya.
Selanjutnya
berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, makalah ini kami beri
judul “Kerajaan Mughal di India“
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimanakah
asal usul kerajaan Mughal di India?
2.
Kemajuan
di bidang apasajakah yang dicapai oleh kerajaan Mughal?
3.
Faktor
apasajakah yang menyebabkan kemunduran dan keruntuhan kerajaan Mughal?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Asal usul Kerajaan Mughal di India
Mughal
merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya,
berdiri antara tahun 1526-1858 M. Dinasti Mughal di India didirikan oleh seorang
penziarah dari Asia tengah bernama Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah
satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan yang telah masuk
Islam dan pernah berkuasa di Asia Tengah pada abad ke 15. Kerajaan ini berdiri pada
saat di Asia kecil berdiri tegak sebuah kerajaan Turki Usmani dan di Persia
kerajaan Safawi. Ketiganya pada saat yang sama menjadi sebuah negara-negara
adikuasa di Dunia. Mereka juga menguasai perekonomian, politik serta militer
dan mengembangkan kebudayaan.
Ayahnya
bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari
orang tuanya dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Setelah naik
tahta ia mencanangkan obsesinya untuk menguasai seluruh Asia Tengah,
sebagaimana Timur Lenk tempo dulu. Namun, ambisinya itu terhalang oleh kekuatan
Urbekiztan, dan mengalami kekalahan Namun berkat bantuan Ismail I (1500-1524
M), raja Safawi, Babur dapat menguasai Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504
M, ia menduduki Kabul, ibukota Afganistan.
Dari
sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah Timur (India). Saat itu, Ibrahim Lodi,
penguasa India, di landa krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau.
Daulah Khan, Gubernur Lahore dan Alam Khan, paman Ibrahim sendiri melakukan pembangkangan
pada tahun 1524 terhadap pemerintahan Ibrahim Lodi, dan meminta bantuan Babur
untuk merebut Delhi. Tiga kekuatan itu bersatu untuk menyerang kekuatan
Ibrahim, tetapi gagal memperoleh kemenangan. Mereka melihat bahwa Babur tidak
sungguh-sungguh membantu mereka.
Ketidakseriusan
Babur menimbulkan kecurigaan di mata Daulah Khan dan Alam Khan, sehingga
keduanya berbalik menyerang Babur. Kesempatan itu tidak disia-siakan Babur, ia
berusaha keras untuk mengalahkan gabungan dua kekuatan tersebut. Daulah Khan
dan Alam Khan dapat dikalahkan, Lahore dikuasainya pada tahun 1525 M. Dari Lahore
ia terus bergerak ke selatan hingga mencapai Panipat. Di sinilah ia berjumpa dengan
pasukan Ibrahim maka terjadilah pertempuran yang dahsyat. Ibrahim beserta ribuan
tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu (Holt, 1970:22). Babur memperoleh kemenangan
yang amat dramastis dalam pertempuran Panipat I (1526 M) itu, karena hanya
dengan didukung 26.000 personel angkatan perang, ia dapat melumpuhkan kekuatan
Ibrahim yang di dukung oleh 100.000 personel dan 1.000 pasukan gajah. Babur memasuki
kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya disana. Dengan
demikian berdirilah kerajaan Mughal di India.
Kemenangannya
yang begitu cepat mengundang reaksi dari para penguasa Hindu setempat.
Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput dan
Rana Sanga didukung oleh para kepala
suku India tengah dan umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa yang
baru tiba itu, sehingga ia harus berhadapan langsung dengan dua kekuatan
sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di
Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan danRajput jatuh ke dalam
kekuasaannya.
Setelah
Rajput dapat ditundukkan, konsentrasi Babur diarahkan ke Afganistan, yang saat
itu dipimpin oleh Mahmud Lodi saudara Ibrahim Lodi. Kekuatan Mahmud dapat dipatahkan
oleh babur tahun 1529 M sehingga Gogra dan Bihar jatuh ke bawah kekuasaannya.
Pada tahun 1530 M Babur meninggal Dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah
selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan
selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
Humayun,
putra sulung Babur dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan.
Sepanjang masa kekuasaannya selama sembilan tahun (1530-1539 M) negara tidak
pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul
adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari
Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan. Bahadur Syah melarikan diri dan
Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan
di Kanauj. Dalam pertempuran ini Hamayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan
diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya.
Kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan
Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali
ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Setahun setelah
itu (1556 M) ia meninggal Dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaanya, Din
Panah (Mahmudunnasir, 1981:265-266). Sepeninggalnya kerajaan Mughal diperintah
oleh anaknya yang bernama Akbar.
B.
Masa Kejayaan Kerajaan Mughal
Masa kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar
(1556-1605). dan tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah
Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan
Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
Akbar menggantikan ayahnya, pada saat ia berusia 14 tahun,
sehingga seluruh urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Kahan, seorang Syi’i.
Pada masa pemerintahannya, Akbar melancarkan serangan untuk memerangi
pemberontakan sisasisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab.
Pemberontakan lain dilakukan oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra.
Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam Khan sehingga terjadilah peperangan
dahsyat, yang disebut Panipat I tahun 1556M. Himu dapat dikalahkan dan
ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai
penuh (Mahmudunnasir, 1981:265-266).
Setalah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang
sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran
Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di
Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar
mulai menyusun program ekspansi. Ia dapat menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik (Mujib, 1967:254-255).
Hal itu membuat kerajaan Mughal menjadi sebuah kerajaan besar.
Wilayah Kabul dijadikan sebagai gerbang ke arah Turkistan dan kota Kandahar
sebagai gerbang ke arah Persia. Akbar berhasil menerapkan bentuk politik sulakhul
(toleransi universal), yaitu politik yang mengandung ajaran bahwa semua
rakyat India sama kedudukannya, tidak dapat dibedakan oleh etnis atau agama.
Keberhasilan yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh penerusnya
yang bernama Jehangir, Syah Jehan dan Aurangzeb yang mana mereka memang
terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Segala macam pemberontakan dapat
dipadamkan, sehingga rakyat merasa aman dan damai.
Pada masa Syah Jehan banyak pendatang Portugis yang bermukim di
Hugli Bengala, menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepada mereka dengan
jalan menarik pajak dan menyebarkan agama KRISTEN. Kemudian Syah Jehan
meninggal pada tahun 1658 M dan terjadinya perebutan tahta kerajaan di kalangan
istana.
Mughal terpecah menjadi beberapa bagian. Shuja menobatkan dirinya
sebagai Raja di Bengala. Murad menobatkan dirinya sebagai Raja di Ahmadabad.
Shuja bergerak memasuki pemerintahan di Delhi. Namun pasukan Aurangzeb berhasil
mengalahkannya pada tahun 1658 M. kemudian Aurangzeb memerangi pasukan Murad
dan dimenangkan oleh Aurangzeb. Oleh karena itu, Aurangzeb secara resmi
dinobatkan menjadi Raja Mughal.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Aurangzeb menghapuskan pajak,
menurunkan bahan pangan dan memberantas korupsi, kemudian ia membentuk
peradilan yang berlaku di India yang dinamakan fatwa alamgiri sampai
akhirnya meninggal pada tahun 1707 M.
Selama satu setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal menjadi
salah satu Negara adikuasa. Ia menguasai perekonomian Dunia dengan jaringan
pemasaran barangbarangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan
Cina. Selain itu, India juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang
sukar ditaklukkan dan kebudayaan yang tinggi.
Kemantapan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang
diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang
ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, perrtambangan
dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada
sektor pertanian.
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu di
ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil
kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak di
produksi di Bengal dan Gujarat. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir
mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan
hasil pertanian di Surat (Mujib, 1967:256).
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya
juga berkembang. Karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya
sastra gubahan penyair istana, berbahasa Persia dan India. Penyair India yang
terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, dengan karyanya berjudul Padmavat,
sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia (Holt,
1977:57). Pada masa Aurangzeb, munculseorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan
karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah
kerajaan Mughal berdasarkan figure pemimpinnya.
Karya seni yang dapat dinikmati sampai sekarang dan merupakan
karya seni terbesar yang dicapai oleh kerajaan Mughal adalah karya-karya
arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar di bangun istana Fatpur
Sikri di Sikri, Villa dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan
dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid Raya Delhi
dan istana indah di Lahore (Ikram, 1967:247).
C.
Kemajuan yang dicapai Kerajaan
Mughal
1.
Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
a. Perluasan
wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa
pemerintahan Aurangzeb.
b. Pemerintahan
daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bereorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan
mengikuti latihan kemiliteran
c. Akbar
menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua
rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan
agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan
oleh penguasa Islam.
d. Pada
Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan
imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya
terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India.
Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai
pemimpin jihad.
e. Para
pejabat dipindahkan ¬dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan
mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah
sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan
demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik
pejabat, kecuali hanya hak pakai.
f. Wilayah
imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh
seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan
pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
2.
Bidang Ekonomi
a. Terbentuknya
sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
b. Adanya
sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan
melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat
lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya
dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan
penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak
pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat
terhadapnya.
c. Sistem
pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium
ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran
tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai.
Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam
sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada
jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai
peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal
dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang
melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang
mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
d. Perdagangan
dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi
perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan
Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun
1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera,
sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam
jumlah yang besar.
3.
Bidang Agama
a. Pada
masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase
yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru
dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat
kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama
baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam.
Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India.
Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan
dengan symbol-symbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang
peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya
menyimpulkan, "Din-i-llahi itu meru¬pakan Pancasilanya bangsa Indonesia.
b. Perbedaan
kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada
daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk
terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan
Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan
digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh
sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan
budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
c. Berkembangnya
aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah
penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk
mengembangkan pengaruhnya.
d. Pada
masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan
terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh,
ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.
e. Pada
masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya
kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fattawa alamgiri. Kodifikasi ini menurut
hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari'at Islam yang nyaris
kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
4. Bidang Seni dan
Budaya
a. Munculnya
beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan
manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis
Akhbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
b. Kerajaan
Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan
puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri
peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old
Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199),
Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza
(1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2
(1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar
(1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
c. Taman-taman
kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah,
Persia, Timur Tengah, dan lokal.
D.
Masa Kemunduran Kerajaan Mughal
Setelah
satu setengah abad Dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan
sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran,
kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di pusat menjadi ajang
perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di belahan utara dan
Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu para pedagang
Inggris yang diijinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung
oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan
terhadap pemerintahan pusat memang sudah
muncul,
tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb
yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya
rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal
Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb
yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar
Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya
yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore
karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka (Ikram,
1967:254-255).
Setelah
Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan
kekuasaan di kalangan keluarga istana, Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus
Syah. Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan,
Wazir Aurangzeb. Azimur Syah meninggal tahun 1712 M, dan diganti oleh putranya,
Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri.
Jihandar Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Farukh
Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi ia
tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719M). Sebagai penggantinya
diangkat Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun ia dan pendukungnya terusir oleh
suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil
melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan
kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali
memberikan bantuan kepada pemberontak Afghan di daerah Persia (Hamka,
1981:163). Oleh karena itu, pada tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai
Persia, ia menyerang kerajaan Mughal.
Muhammad
Syah tidak dapat bertahan dan mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah
kembali berkuasa di Delhi, setelah ia bersedia memberi hadiah yang sangat
banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan restorasi kembali,
terutama setelah jabatan wazir dipegang oleh Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam
al-Mulk (1722-1732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi tahun
1732 M, Nizam al-Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabad dan menetap disana.
Konflik-konflik
yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah.
Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat,
bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahananya masing-masing. Hiderabad dikuasai
Nizam al-Mulk, Marathas dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan
sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab dikuasai oleh kelompok
Sikh. Oudh dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai oleh Syuja’ al- Din, menantu
Mursyid Qulli, penguasa Bengal yang diangkat Aurangzeb. Sementara
wilayahwilayah pantai banyak yang dikuasai para pedagang asing, terutama EIC
dari Inggris (Panikar, 1957:187).
Setelah
Muhamamd Syah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad Syah (1748-1754 M)
kemudian diteruskan oleh Alamghir II (1754-1759 M), dan kemudian diteruskan
oleh Syah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh
Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu
Mughal berada di bawah kekuasaan Afghan. Meskipun Syah Alam tetap diijinkan memakai
gelar sultan.
Ketika
kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ni, pada tahun itu juga,
perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin kuat mengangkat senjata melawan pemerintah
kerajaan Mughal. Peperangan berlangsung berlarut-larut. Akhirnya, Syah Alam membuat
perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris (Hamka,
1981:163). Sementara itu, Najib al-Daula, wazir Mughal dikalahkan oleh aliansi Sikh-Hindu,
sehingga Delhi di kuasai oleh Sindhia dari Marathas. Akan tetapi Sindhia dapat
dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris (1803 M) ((Ikram, 1967:286).
Syah
Alam meninggal tahun 1806 M. Tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar II
(1806-1837 M). Pada masa pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk
mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris,
tapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan
demikian, kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan
gelar sultan dipertahankan. Bahadur Syah (1837-1858 M), penerus Akbar, tidak
menerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik
antara kedua kekuatan tersebut.
Pada
waktu yang sama, pihak EIC mengalami kerugian, karena penyelenggaraan administrasi
perusahaan yang kurang efisien, padahal mereka harus tetap menjamin kehidupan
istana. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC
mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung
kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu
maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur
Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan
kerajaan Mughal di India. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India
terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan
mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari
beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman
yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi.
Rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir,
diusir dari istana (1858M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan Dinasti
Mughal di daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang harus berjuang mempertahankan
eksistensi mereka.
Adapun
urutan-urutan penguasa kerajaan Mughal sebagai berikut:
1.
Zahiruddin Babur (1482-1530 M)
2.
Humayun (1530-1539 M)
3.
Akbar Syah I (1556-1605 M)
4.
Jehangir (1605-1628 M)
5.
Syah Jehan (1628-1658 M)
6.
Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707 M
7.
Muazzam (Bahadur Syah I) (1707-1712 M)
8.
Azimus Syah (1712 M)
9.
Jihandar Syah (1712 M)
10.
Farukh Siyar (1713-1719 M)
11.
Muhammad Syah (1719-1748 M)
12.
Ahmad Syah (1748-1754 M)
13.
Alamghir II (1754-1759 M)
14.
Syah Alam II (1759-1806 M)
15.
Akbar II (1806-1837 M)
16. Bahadur Syah II (1837-1858 M)
Kerajaan
Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di
masa ini termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan
Mughal tetap berhasil memperoleh kecemerlangan disebabkan oleh beberapa
factor-faktor sebagai berikut :
a).Kerajaan Mughal
memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat
menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-
hindu ataupun indi- nonindia (Persia- Turki).).
b).Hingga Pemerintahan
Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja dan
program kesejahteraannya.
c).Prajurit Mughal
dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal
ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang
dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
d).Sultan yang memerintah
sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para "Bangsawan Mughal mengemban
tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan
ilmiah dan sastra
E.
Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran
Kerajaan Mughal
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal ini mundur pada
satu
setengah abad terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
1.
Terjadi stagnasi dalam pembinaan
kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat
segera di pantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu
juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persejataan buatan
Mughal itu sendiri.
2.
Kemerosotan moral dan hidup mewah di
kalangan elite politik, yang mengakibatkan
pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
3.
Pendekatan Aurangzeb yang terlampau
kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga
konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.
4.
Semua pewaris kerajaan pada masa terakhir
adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan,
sehingga tidak mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.
5.
Banyak terjadinya pemberontakan sebagai
akibat dari lemahnya para pemimpin
kerajaan
Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga banyak wilayah-wilayah kerajaan Mughal yang terlepas dari
kekuasaan Mughal. Adapun pemberontakanpemberontakan tersebut antara lain:
a.
Kaum Hindu yang dipimpin oleh Banda
berhasil merebut Sadhura, letaknya di sebelah utara Delhi dan juga kota
Sirhind.
b.
Golongan Marata yang dipimpin oleh Baji
Rao dan berhasil merebut wilayah
Gujarat.
c.
Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi
beberapa serangan dari pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan
Durrani. Syah Alam mengalami kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan
Afghanistan.
BAB
II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Raja Mughal merupakan salah satu
kerajaan Islam yang besar yang berada di India. Kerajaan ini berlangsung cukup
lama, yakni 332 tahun. Hal ini dikarenakan penguasa dari kerajaan Mughal
memiliki karakter yang kuat dalam memimpin kerajaannya. Hal ini disebabkan
karena keturunan dari penguasa kerajaan Mughal adalah Timur Lenk seorang yang
sangat terkenal akan kekuatannya dalam menjelajahi dunia.