BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Dalam
sistem dunia pendidikan,untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan
pembelajaran antara pendidik dengan yang terdidik ditentukan dari sebuah Penilaian
atau evaluasi.Penilaian merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,
penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil
belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar yang secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa dari ketiga aspek tersebut mempunyai peran dan pengaruh
yang sangat signifikan terhadap alat pengontrol atau pengatur diri khususnya
dalam dunia pendidikan.Namun kenyataannya,tidak banyak dari pelaku pendidik
yang terkadang mengabaikan atau bahkan secara tidak langsung memposisikan
ketiga aspek tersebut jauh dari peran dan fungsinya masing-masing,seperti
adanya ketidakseimbangan terhadap penilaian afektif,psikomotorik dan
kognitif.Selain itu ketidaktahuan serta minimnya informasi yang diterima dari
para pelaku pendidik semakin menambah deret buruknya hasil yang akan
dicapai dalam suatu proses belajar mengajar .
Mengingat
betapa pentingnya kegiatan mengukur dan menilai peserta didik,maka sudah
seharusnya setiap pendidik memiliki pengetahuan tentang konsep dasar penilaian
serta keterampilan mengaplikasikannya dalam kegiatan pendidikan. Kenyataan
selama ini, misalnya masih ada sebagian pendidik yang dalam melaksanakan
penilaian lebih mengacu pada penilaian secara individual yang lebih menekankan
pada aspek kognitif.
Padahal
dalam penilaian harus memperhatikan tiga aspek yaitu: pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketika aspek ini harus
dinilai secara proporsional sesuai dengan karakteristik atau sifat dari mata
pelajaran yang bersangkutan. Akibatnya dapat kita saksikan yaitu banyaknya para
lulusan hanya menguasai teori saja dan tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka kuasai.
Nah,berawal
dari hal tersebut kami membuat sebuah makalah yang membahas tentang “Peran
aspek kognitif, afektif, psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait
dunia pendidikan”.
B.Rumusan
Masalah
1)
Apakah pengertian dari penilaian ( Evaluasi ) ?
2)
Macam – macam penilaian ( Evaluasi ) ?
3)
Apakah pentingnya penilaian ( Evaluasi ) dalam pendidikan ?
4)
Apakah tujuan pelaksanaan penilaian ( Evaluasi ) dalam pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
1).
Pengertian Evaluasi Belajar
Menurut
harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yang berarti evaluation,
dalam bahasa Arab : At Takdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian.
Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab : al-Qimah, di dalam
bahasa Indonesia berarti : nilai. Dengan demikian secara harfiah
evaluasi pendidikan ( educational evaluation = at taqdir al-Tarbawiy )
dapat diartikan penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Sudijono
menyebutkan : “Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu”. Selanjutnya Sudijono juga menyebutkan:
“Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan,
sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya”. Dengan demikian evaluasi
pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau
penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan “Penilaian adalah merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan”.
Mengenai
pengertian evaluasi pendidikan, Lembaga Administrasi Negara mengemukakan bahwa
batasan tentang evaluasi pendidikan adalah (1) Evaluasi pendidikan adalah
proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan
tujuan yang telah ditentukan. (2) Evaluasi pendidikan adalah usaha untuk
memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan
pendidikan.
Bertitik
tolak dari uraian di atas, maka evaluasi dalam bidang pendidikan (khususnya
evaluasi terhadap prestasi belajar peserta didik) merupakan suatu proses yang
sistematis, yang berusaha untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian siswa
atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Sekaligus dapat memberikan
gambaran tentang efektivitas pengajaran yang dilakukan oleh guru yang
bersangkutan.
Evaluasi
yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator
untuk membuat perkiraan (estimations), apakah tujuan yang telah
dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak.
Apabila berdasarkan data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak
akan dapat dicapai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk
mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan
jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya
juga dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha.
2).Macam
– macam penilaian
2.1
Penilaian Kognitif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian
Kognitif
2.1.1
Pengertian Ranah Penilaian Kognitif
Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
- Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah
kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
- Pemahaman (comprehension)
Adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan.
- Penerapan (application)
Adalah
kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
- Analisis (analysis)
Adalah
kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
- Sintesis (syntesis)
Adalah
kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis.
Sistensis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau
bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
daripada jenjang analisis.
- Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah
merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif.
Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
6.Penilaian
(Evaluation)
5.Sintesis
(Syntesis)
4.Analisis
(Analysis)
3.Penerapan
(Aplikation)
2.Pemahaman
(Comprehensi)
1.Pengetahuan
(Knowledge)
GAMBAR
1. Enam jenjang pada ranah kognitif.
Tujuan
aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2.1.2
Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif
Aspek
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan
mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah
kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi..
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan tingkatan aspek kognitif
No
Tingkatan
Deskripsi
1. Pengetahuan
Arti:
Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar,
teori, prosedur,dll.
Contoh
kegiatan belajar:
- Mengemukakan arti
- Menentukan lokasi
- Mendriskripsikan sesuatu
- Menceritakan apa yang terjadi
- Menguraikan apa yang terjadi
2. Pemahaman
Arti:pengertian
terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, dan antar data hubungan sebab
akibat penarikan kesimpulan
Contoh
kegiatan belajar:
¨
Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan kata-kata sendiri
¨
Membedakan atau membandingkan
¨
Mengintepretasi data
¨
Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨
Menjelaskan gagasan pokok
¨
Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
3. Aplikasi
Arti:
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari
Contoh
kegiatan:
- Menghitung kebutuhan
- Melakukan percobaan
- Membuat peta
- Membuat model
- Merancang strategi
4. Analisis
Artinya:
menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan
menunjukkan hubungan antar bagian tersebut
Contoh
kegiatan belajar:
- Mengidentifikasi faktor penyebab
- Merumuskan masalah
- Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi
- Membuat grafik
- Mengkaji ulang
5. Sintesis
Artinya:
menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan/konsepatau
meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru
Contoh
kegiatan belajar:
v
Membuat desain
v
Menemukan solusi masalah
v
Menciptakan produksi baru,dst.
6. Evaluasi
Arti:
mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak
bermanfaat
Contoh
kegiatan belajar:
Mempertahankan
pendapat
Membahas
suatu kasus
Memilih
solusi yang lebih baik
Menulis
laporan,dst.
2.1.3
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif.
Apabila
melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada
umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis,
sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif
diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih
baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk
tes kognitif diantaranya;
(1)
tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4)
uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan,
(7) portopolio dan (8) performans.Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif
adalah:
a.
Ingatan,yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan
kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
b.
Pemahaman, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal.
Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan,
menentukan, menginterprestasikan.
c.
Penerapan, yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan
tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan
kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun,
menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
d.
Analisis, Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau
suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan
membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan,
mengkategorikan.
e.
Sintesis, Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis
sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan
mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan,
mengkhususkan.
f.
Evaluasi, Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu
situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan
tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai,
menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.
2.2
Pengertian Ranah Penilaian Afektif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah
Penilaian Afektif
2.2.1
Pengertian Ranah Penilaian Afektif
Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam
mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu
lebih banyak mengenai pelajaran yang diterimanya, penghargaan atau rasa
hormatnya terhadap guru pendidikan dan sebagainya.
Ranah
afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving
(2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization
by evalue or calue complex
- Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu.
- Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving..
- Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik
- Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
- Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.
Secara
skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah di kemukakan dalam
pembicaraan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat di gambarkan sebagai
berikut
Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,
Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala
yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan
suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni
mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni
kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan
perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan
dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,
sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala
sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah
pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh
sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni
pernyataan positif dan pernyataan negatif.
2.2.2
Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
Pemikiran
atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah
afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi
seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang
termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas
menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat
dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang
kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah
perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang
menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Ada
5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1.Sikap
Sikap
merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan
sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut
Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep,
atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah
atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk
ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran
termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2.Minat
Menurut
Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan
menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah
intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi.
Penilaian
minat dapat digunakan untuk:
- mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
- mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
- pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
- menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Mengelompokkan
didik yang memiliki peserta minat sama, f. acuan dalam menilai kemampuan
peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam
penyampaian materi,
- mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
- bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
- meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3.Konsep
Diri
Menurut
Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan
dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang
tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau
negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu
mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep
diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir
yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi
sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian
konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian
diri adalah sebagai berikut:
- Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
- Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
- Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
- Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
- Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
- Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.
- Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
- Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
- Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
- Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
- Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
- Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
- Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
- Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
- Peserta didik mampu menilai dirinya.
- Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
- Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
4. Nilai
Nilai
menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar
objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target
nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti
sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan
nilai yang diacu.
Definisi
lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu
objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan
minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar
menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur
penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus
membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan
signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi
konstribusi positif terhadap masyarakat.
5. Moral
Piaget
dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg
mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan
moral.Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon
verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana
sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral
berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau
perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang
lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis.
Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan
akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah
afektif lain yang penting adalah:
- Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.
- Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
- Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
- Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan tingkatan aspek Afektif
Tingkat
Contoh
kegiatan pembelajaran
Penerimaan
(Receiving)
Arti
: Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult
menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh
kegiatan belajar :
-sering
mendengarkan musik
-
senang membaca puisi
-
senang mengerjakan soal matematik
-
ingin menonton sesuatu
-
senang menyanyikan lagu
Responsi
(Responding)
Arti
: menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju,
ingin, puas meresponsi (mendengar)
Contoh
kegiatan belajar :
ü
mentaati aturan
ü
mengerjakan tugas
ü
mengungkapkan perasaan
ü
menanggapi pendapat
ü
meminta maaf atas kesalahan
ü
mendamaikan orang yang bertengkar
ü
menunjukkan empati
ü
menulis puisi
ü
melakukan renungan
ü
melakukan introspeksi
Acuan
Nilai
(
Valuing)
Arti
: Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan
: menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh
Kegiatan Belajar :
- mengapresiasi seni
- menghargai peran
- menunjukkan perhatian
- menunjukkan alasan
- mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik
- menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM
- menjelaskan alasan senang membaca novel
Organisasi
Arti
: mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan
saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima
di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana-mana
Tingkatan
: konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh
kegiatan belajar :
- rajin, tepat waktu
- berdisiplin diri mandiri dalam bekerja secara independen
- objektif dalam memecahkan masalah
- mempertahankan pola hidup sehat
- menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan
- menyarankan pemecahan masalah HAM
- menilai kebiasaan konsumsi
- mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar- teman
2.2.3
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi
siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan
minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan
melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan
dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap
afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:
- Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
- Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
- Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
- Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik
suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya
mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar
berlangsung.
Skala
yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
2.3
Pengertian Ranah Penilaian Psikomotorik, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah
Penilaian Psikomotorik
2.3.1
Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya
lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil
belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa
hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku).Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi
hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan
ranah afektif.
2.3.2
Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah
psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya.
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Psikomotorik
Tingkat
Deskripsi
I.
Gerakan Refleks
Arti:
gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus
tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh
kegiatan belajar:
-
mengupas mangga dengan pisau
-
memotong dahan bunga
-
menampilkan ekspresi yang berbeda
-
meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
-
meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin
II
Gerakan dasar (basic fundamental movements)
Arti:
gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan
ini terpola dan dapat ditebak
Contoh
kegiatan belajar:
- · contoh gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar
- · contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
- · Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
- · Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
III.
Gerakan Persepsi
(
Perceptual obilities)
Arti
: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual
Contoh
kegiatan belajar:
¨
menangkap bola, mendrible bola
¨
melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga
keseimbangan
¨
memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi
¨
membaca melihat terbangnya bola pingpong
¨
melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨
menulis alfabet
¨
mengulangi pola gerak tarian
¨
memukul bola tenis, pingpong
¨
membedakan bunyi beragam alat musik
¨
membedakan suara berbagai binatang
¨
mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨
membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV.
Gerakan Kemampuan fisik (Psycal abilities)
Arti:
gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
Contoh
kegiatan belajar:
menggerakkan
otot/sekelompok otot selama waktu tertentu
berlari
jauh
mengangkat
beban
menarik-mendorong
melakukan
push-up
kegiatan
memperkuat lengan, kaki dan perut
menari
melakukan
senam
melakukan
gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola
V.
gerakan terampil (Skilled movements)
Arti:
dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan
gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
Contoh
kegiatan belajar:
- melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga
- menari, berdansa
- membuat kerajinan tangan
- menggergaji
- mengetik
- bermain piano
- memanah
- skating
- melakukan gerak akrobatik
- melakukan koprol yang sulit
VI.
Gerakan indah dan kreatif
(Non-discursive
communicatio)
Arti:
mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
-
gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah
-
gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan
peran
Contoh
kegiatan belajar:
v
kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari baletr
v
melakukan senam tingkat tinggi
v
bermain drama (acting)
v
keterampilan olahraga tingkat tinggi
2.3.3
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor
Ada
beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan
(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui:
(1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung,
(2)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
(3)
beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil
belajar psikomotor mencakup:
(1)
kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
(2)
kemampuan menganalisis pekerjaan dan menyusun urutan pengerjaan,
(3)
kecepatan mengerjakan tugas,
(4)
kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
(5)
keserasian bentuk dengan yang diharapkan atau ukuran yang ditentukan.
v
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar
psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk.
Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta
didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes
peserta didik.
Penilaian
psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau
pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik,
kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan
penggunaan alins ketika belajar..
Tes
untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes
tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes
identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1)
Tes simulasi
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes
ini, jika tidak ada alat
yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta
didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan
keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah
menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2)
Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik
pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes
simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun
skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang diukur
dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat
baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Dengan
kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor
adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun
hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil
belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas.
Dalam
ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar
fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi
visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual
yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6)
komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan
ekspresif, gerakan interprestatif.
3.)Pentingnya
penilaian ( Evaluasi ) dalam pendidikan.
Guru
ataupun pengelola pengajaran melakukan evaluasi dengan maksud dapat mengetahui
prestasi belajar siswa, dapat mengetahui seberapa jauh efisiensi metode, teknik
dan alat yang digunakan, mengetahui yang telah dipelajari siswa dan
kesulitan-kesulitan yang dialami selama belajar. Evaluasi juga untuk mengukur
seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau perkembangan program yang
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Evaluasi
pendidikan sendiri memiliki fungsi secara umum dan secara khusus. Adapun fungsi
dari evaluasi pendidikan secara umum adalah :
1.
Mengukur kemajuan
Apabila
tujuan dalam kegiatan telah tersusun atau telah direncanakan secara bertahap,
maka dengan evaluasi yang berkesinambungan akan dapat dipantau, tahapan manakah
yang berjalan mulus, dan tahapan mana yang mengalami kendala dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu dengan adanya evaluasi ini terbuka kemungkinan
bagi evaluatoruntuk mengukur seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau
perkembangan program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah dirumuskan.
2.
Menunjang kebutuhan rencana
Evaluasi
yang dilakukan berkesinambungan akan membuka peluang bagi evaluator untuk
membuat perkiraan, apakah tujuan yang teah dirumuskan akan dapat tercapai tepat
pada waktunya ataukah tidak. Apabila berdasar data hasil evaluasi itu
diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat tercapai sesuai dengan rencana, maka
evaluator akan berusaha untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya,
serta mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya.
3.
Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali
Bukan
tidak mungkin dari data-data hasil evaluasi yang telah diperoleh perlu
diadakannya perbaikan-perbaikan. Baik perbaikan yang menyangkut organisasi,
tata kerja, dan bahkan mungkin perbaikan terhadap tujuan-tujuan organisasi itu
sendiri. Perbaikan tanpa didahului oleh kegiatan evaluasi adalah tidak mungkin,
sebab untuk apa yang harus diperbaiki, dan mengapa hal itu perlu diperbaiki,
mutlak membutuhkan hasil evaluasi suatu program
C.
Objek ( Sasaran ) Evaluasi Pendidikan
Yang
dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu
yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan yang dijadikan titik
pusat perhatian atau pengamatan.
Objek
dari evaluasi pendidikan meliputi tiga aspek, yakni :
1.
Aspek Pengetahuan ( Kognitif )
2.
Aspek Sikap ( Afektif )
3.
Aspek Keterampilan ( Psikomotorik )
Ketiga
aspek tersebut harus dinilai secara proporsional sesuai dengan karateristik
atau sifat dari mata pelajaran yang bersangkutan.
D.
Subjek ( Pelaku ) Evaluasi Pendidikan di Sekolah
Subjek
evaluasi pendidikan adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi dalam bidang
pendidikan.
Berbicara
mengenai subjek evaluasi pendidikan di sekolah maka subjeknya adalah guru,
dimana didalam kegiatan evaluasi pendidikan sasaran evaluasinya adalah prestasi
belajar peserta didik.
4).Tujuan
Evaluasi
Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sudijono bahwa tujuan evaluasi pendidikan ada dua yaitu:
- Tujuan Umum
a.)
Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti
mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta
didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
b.)
Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
- Tujuan Khusus
a. )
Untuk meransang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa
adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau ransangan pada diri
peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
b. )
Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga
dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.
Selanjutnya
Arikunto mengemukakan bahwa tujuan atau fungsi evaluasi ada beberapa hal :
- Penilaian berfungsi selektif
Dengan
cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai tujuan, antara
lain:
a.
Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b.
Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya
c.
Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
d.
Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
- Penilaian berfungsi diagnotif
Apabila
alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan
melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Jadi dengan mengadakan
penilaian, guru telah mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahan.
- Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Pendekatan
yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara
kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa
harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai
hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
- Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Arikunto
juga menyebutkan bahwa dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan,
penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi:
1.
Makna bagi siswa
a.
Memuaskan
Jika
siswa memperoleh hasil yang memuaskan, dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan
itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu.
b.
Tidak memuaskan
Jika
siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali
keadaan itu tidak terulang lagi
2.
Makna bagi guru
§
Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa
mana saja yang sudah melanjutkan pelajarannya, karena sudah berhasil menguasai
bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan.
Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa
yang belum berhasil.
§
Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa
sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan dating tidak perlu
diadakan perubahan.
§
Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum
3.
Makna bagi sekolah
a.
Dengan hasil penilaian akan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya,
dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah
sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas
sesuatu sekolah.
b.
Melalui evaluasi dapat diperoleh informasi dari guru tentang tepat tidaknya
kurikulum untuk sekolah itu sehingga dapat merupakan bahan pertimbangan bagi
perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
c.
Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan
sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi
standar atau belum.
Dengan
mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan,
diperoleh bahwa evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan tujuannya adalah selalu
diarahkan pada siswa baik secara individual maupun klasikal.
4.1
Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan di Sekolah.
Secara
umum, ruang lingkup dari evaluasi pendidikan dalam bidang sekolah
mencakup pada tiga aspek antara lain :
1.
Evaluasi mengenai program pengajaran
Evaluasi
terhadap program pengajaran mencakup tiga hal. Antara lain :
a.
Evaluasi terhadap proram pengajaran
b.
Evaluasi terhadap isi program pengajaran
c.
Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar.
2.
Evaluasi Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam
hal ini mencakup beberapa hal antara lain :
a.
Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung dengan garis-garis
besar program pengajaran yang telah di tentukan.
b.
Kesiapan guru dalam melaksanakan program pembelajaran.
c.
Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
d.
Minat atau perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran
e.
Keaktifan atau partisipasi siswa dalam selama proses pembelajaran berlangsung.
f.
Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya
g.
Komunikasi dua arah antara Guru dan murid selam proses pembelajaran
berlangsung.
h.
Pemberian dorongan atau motifasi terhadap siswa
i.
Pemberian tugas-tugas pada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang
diperoleh didalam kelas.
j.
Upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.
3.
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi
terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup :
a.
Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan
khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat
terbatas.
b.
Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan
pengajaran.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Evaluasi
yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator
untuk membuat perkiraan (estimations), apakah tujuan yang telah
dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak.
Apabila berdasarkan data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak
akan dapat dicapai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk
mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan
jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya
juga dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha.
Selain
itu peran Evaluasi atau penilaian juga memberikan dampak postife khususnya
dalam dunia pendidikan,yaitu:
Ø
Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang
hasil-hasil program yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program
pendidikan.
Ø
Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program
pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai
Ø
Terbukanya kemungkinan penyesuaian dan penyempurnaan usaha perbaikan,
penyesuaian dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya
guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan akan dapat dicapai dengan hasil yang
sebaik-baiknya.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan bagian yang mutlak
dari pembelajaran. Dengan adanya evaluasi, pendidik telah mendapatkan pelajaran
yang cukup berharga untuk menyempurnakan metode-metode yang sudah baik dan
mengatasi kekurangan-kekurangan metode yang tidak efektif.Untuk itu,sangat
jelaslah bahwa Penilaian afektif,kognitif,dan psikomotorik mempunyai pengaruh
dan peran yang sangat besar dalm pengembangan regulasi diri terkait pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2009. “Aspek Penilaian dalam KTSP Bag 1 (Aspek Kognitif)”. (Online)
http://massofa.wordpress.com/feed/. Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonymous.
2009. “Sistem Penilaian”. (Online) http://smak.yski.info/. Diakses Tanggal 19
Februari 2012
Anonymous.
2009. “Pengembnagan Perangkat Penilaian Psikomotor dan Prosedur
Penilaian”.(Online)
http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/17/pengembangan-perangkat-penilaian-psikomotor/.
Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonymous.
2009. “Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor”. (Online)
http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/08/pengukuran-ranah-kognitif-afektif-dan.html.
Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonymous.
2009. “Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif”. (Online)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/15/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-penetapan-kriteria-ketuntasan-minimal-kkm/.
Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonymous.
2009. “Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa”. (Online)
http://delapanratus.blogspot.com/2009/04/penilaian-ranah-psikomotorik-siswa.html.
Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Sudjana,
Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset
Sri
Wardani. 2004. Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sudjono,
Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar